Kamar itu sangat tertutup hingga aku tidak bisa melihat bahkan mengintip apa yang sedang terjadi di dalam, sesekali aku bisa mendengar suara percakapan itu pun tidak jelas dan suara-suara dari kamera yang sedang bekerja.Dua jam berlalu, perasaanku semakin tak karuan apalagi samar terdengar sepeti desahan seorang wanita, ingin rasanya aku menggedor pintu atau mendobraknya tapi semua itu kutahan mengingat isi perjanjian sialan itu hingga akhirnya aku memilih kembali ke kamarku dan berusaha menenangkan diri dengan mengguyur badanku dengan air dingin, terasa tubuh ku mengigil bukan karena dingin tapi menbayangkan istrku disetubuhi kedua lelaki itu, walaupun tadi mereka cukup propesional tapi tidak mugkin rasanya mereka melewatkan kesempatan untuk menikmati tubuh indah Ririn.Selepas adzan subuh aku terbangun, aku sungguh tidak sadar kapan aku tertidur karena setelah menghabiskan dua botol bir aku tak saar lagi apa yang telah kulakukan dan seketika aku




















