“Hanya lidah, Thomas! Bokep Montok Sangat kontras dgn warna kulitnya.Aku terpana. Bagian mana yg akan kamu cium?”“Betis yg indah itu!” “Hanya sebuah ciuman?” “Seribu kali pun aku bersedia.”Mbak Tiara tersenyum manis ditahan. Di paha bagian belakang mulus tanpa rambut. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali jika sesertag bersama teman kerja lainnya, ia menyebut “Pak”.Serta tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa betah serta nyaman jika memansertag wajahnya yg cantik serta lembut menawan. Aku sedikit membungkuk agar bisa mengecup pergelangan kakinya. Bu Tiara terpekik. Kepala Bu Tiara terkulai di sandaran kursinya. Sambil mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha.“Suka Thomas?”“Hmm.. Sangat kontras dgn pahanya yg berwarna gading.Aku merinding. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di seTiarap kalimat yg diucapkannya.




















