Aku menyuruh Sherly untuk mengenakan pakaiannya secepat mungkin. Bokeb Meja itu dipenuhi oleh uang receh, permen, sapu tangan dan kertas-kertas tak berguna dari isi kantong kami berdua.Kemudian setelah harus mencerna hampir lima kali kata-kata yang tak jelas dari si Kumis (yang ternyata adalah atasan si Brewok dan si Tegap), aku menyadari bahwa ia menyuruh kami untuk membuka pakaian kami. Bagaimana mungkin ludah si Kumis dapat membasahi sepanjang jari-jarinya itu, pikirku. Detik berikutnya si Tegap menarik tangan Sherly dan membawanya ke sisi tembok yang bersebelahan dengan tembok di hadapan kami. Cepat laksanakan! Si Kumis berjalan dengan cepat masuk ke dalam ruangan tertutup di pojok lorong tak jauh dari WC.Ruangan yang tak lebih dari 3 x 3 meter itu sangat terang dan seluruh temboknya dilapisi cermin setinggi 2 meter dari lantainya.
