Paling tidak ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.“Mbak Wien..,” gumamku dalam hati.Perlu tidak ya kutegur? Dari perut turun ke paha. Bokep crot Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.Aku hanya mendengus. Masih melongo.“Itu jendelanya dirapetin dikit..,” katanya lagi.“Ini..?” kataku.“Ya itu.”Ya ampun, aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas ranjang yang putih. Ia menekan-nekan agak kuat. Jangan di sini..!” katanya.Kini ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Keberuntungankah? Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, paha. Come on lets go! Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Aku bisa dapatkan ia, wanita setengah baya yang meleleh keringatnya di angkot karena kepanasan.




















