“Hati-hati, nampaknya ikannya banyak,” kataku. Sutinah diam. Bokef Ku peluk ibuku dan kuciumi lehernya. Benar. Ibu sangat puas mengintip aku dan Suti berciuman mesra dan saling membelai. Mas kenapa tidak menyayangiku lagi, tanya Suti sepulang sekolah. AKhirnya kedua orangtua penduduk kampung kami memergoki mereka dan menyergapnya. Aku mendekati pintu dapur. Aku tetap memel;uknya dan membiarkan dia berada di pangkuanku. Aku menusukkan kontolku ke mulut lubang belakangnya. Aku kasihan padanya. Memek yang belum berbulu sama sekali. Tapi ada yang mengatakan. Mulutku menghisap-hisapnya. Kami pun agak lega juga.Aku dan adikku Sutinah, menyusul ayah dengan naik sepeda. Aku memeluknya. “Malu Mas” katanya. Angin masih berhembus ke laut. Saat mata Suti melirikku, aku tersenyum dan Suti tersenyum sembunyi-sembunyi.Malam itu juga, Amir pindah ke rumah kami dan di rumah tirai pembatas di pasang.




















