Kuturunkan tubuhku dari sofa, lalu berlutut di samping tubuhnya yang terlentang. “Shall we dance?” katanya, membuat tawaku berhenti. Link Bokep Ia tertawa. Mau tak mau aku tertawa juga melihatnya. Baju-bajuku masih berserakan di lantai. Aku terkesiap, sadar kalau pada kenyataannya aku memang terangsang hebat. “Sekarang…,” ia mendesah lirih beberapa menit kemudian. Tak heran, ini sudah pukul setengah satu pagi, dan menjelang hari raya, nyaris semua orang pergi berlibur. Seperempat jam kemudian setelahnya, kami sudah saling bercanda tentang setiap orang yang menghadiri resepsi tersebut. Segenap otot di tubuhku melemas. Saat itu jemarinya sudah masuk ke dalam celana dalamku, mengelus, lalu menggenggam batang kemaluanku. “Tidak apa-apa. Tapi pandangan matanya membuatku terpaku. Aku tak perduli. Ia meraih tangan kananku, dan meletakkannya di permukaan bulu kemaluannya.




















