Nenek sama seperti mbok ku, dia menjerit jerit nikmat dan kemudian kedua kakinya merangkul pinggangku erat sekali sampai aku tidak bisa bergerak. Tapi karena sudah terbiasa sejak kecil, aku tetap saja dianggap masih anak-anak. Bokep Montok Aku tidak bergerak sampai nenek melonggarkan kuncian kakinya. Nikmatnya luar biasa , tapi juga aku merasa takut, sehingga debaran jantungku makin keras. Aku terus menggenjot sampai kemudian mak juga merintih-rintih. Jiwaku terasa melayang di awang-awang. Setelah kami berdua bersih, mbah beralih pindah ke tikar sementara mak tidur di sebelahku. Dia kemudian memintaku untuk menindihnya lagi. Anehnya si mbah yang selalu memberi perhatian lalu mgomong ke simbok. Emak juga kadang-kadang ikut-ikutan embah, meski penisku sudah berlumuran sabun, dia ikut mengocok dan merabai kantong semarku.
