Kupandangi meja disebelahku yg penuh dengan botol-botol aqua, beberapa makanan kecil, dan kantung-kantung plastik yg tak ada isinya. “Mana bisa aku menolak dibawah ancaman cubitannya Mbak”, jawabku bergurau. Bokef “Mbak sudah benar, kalau Mbak bangun dan membantuku, bisa-bisa tambah kacau”, kataku sambil memikirkan pekerjaan yg akan kuhadapi besok. Zainal, mmh..”. Bagian-bagian yg telah terpilah-pilah itu kubaca lagi dengan lebih teliti dan menguraikan isinya didalam otakku sehingga terbentuklah sebuah bahan informasi yg berhubung-hubungan satu sama lainnya. Setelah memesan sarapan, Indah mulai membuka percakapan, tapi karena pikiranku masih di pekerjaan maka aku hanya berbicara sedikit. Dengan serta merta ditariknya celana pendek dan celana dalamku sekaligus disertai hembusan nafas beratnya yg makin menggebu. “Mbak, boleh minta rotinya!”, kataku dengan halus. Kuputuskan untuk bangun dan duduk termenung di kursi didalam kamar penginapan. “Rugi!”, jawabku singkat dengan bergurau tanpa kupikir akibatnya.




















