Lalu aku mulai menggoyang pinggangku maju mundur, goyang kiri, goyang kanan. Gerakan badan Ibu Vivi makin keras dan kepalanya sering ditarik ke belakang. Bokef Lalu aku cabut penisku yang sudah lemas dan “pluk” suaranya seperti botol sampanye dibuka. Matanya sebentar-sebentar terpejam, sebentar kemudian terbuka lebar.Sisa air yang dia keluarkan tadi menimbulkan irama yang teratur seirama dengan goyangan pantatku. Belum sempat berkata banyak, jari telunjuk tangan satunya diletakkan di depan bibir sambil, “psst…”, dan kata dia, “Hari ini dia ke bini tuanya…”. aku buru-buru menarik tanganku, tidak enak takut dikatakan kurang ajar. Karena dia sampai rumah jam 6 sore. Kali ini yang bekerja lidahku. Badannya bergetar. Dia mendesis lagi demikian juga aku. Tidak percuma aku hobby olah raga. Suaminya adalah teman bosku. Tingginya juga tidak sampai 160 cm.




















