Inilah kesempatan itu. Ke bawah lagi: Turun. Film Porno Keringatnya meleleh seperti yg kulihat sekarang. Ya sekarang..!” pintanya penuh manja.Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Aq tdk berani menatap wajahnya. Jam berapa aq berangkat. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aq belum siap. Jam berapa aq berangkat. Ia membersihkan punggungku dengan handuk hangat. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.“Yg ini atau yg itu..?” katanya menggoda, menunjuk Penisku.Darahku mendesir. Betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus. Lalu menyentuh Penis dengan sisi luar jari tangannya. Wajahku merah padam. Ada cairan putih di celana dalamku.Di kantor, aq masih terbayang-bayang wanita yg di lehernya ada keringat. Masih menutupi diri dengan tabloid. Bau tubuh wanita setengah baya yg yg meleleh oleh keringat. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengah-engah, ia menikmati dengan mata terpejam.“Mbak Iin telepon..,” suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan
