“Sayang, beneran bagus kah?”, kataku, sambil menggoyang suamiku yang telah baring. Bokeb Aku sedikit ragu untuk melanjutkan. Mulutku yang tak pernah menerima sperma, akhirnya merasakan juga disemprot sperma dan menelannya. Aku sungguh malu. Kenikmatan yang belum pernah aku dapatkan. Terlanjur, aku berdiri hanya mengenakan bikini yang tak mampu menutupi aerola dan bulu jembutku. Ia berbicara ramah sekali. “Bra-nya dilepas saja ya bu.”. Dan mereka selalu menyemprotkan sperma mereka ke dalam tubuhku. Aku mengatur nafasku, dan masih menikmati sisa-sisa kenikmatan yang barusan. Mungkin menjelang subuh, karena bayiku beberapa kali bangun dan aku harus menenangkannya. Kemudian tangannya naik ke pantatku. Dan si rambut hitam mulai menyodokkan penisnya lagi di vaginaku, dengan kasar. Si pirang bernama Toni, dan si rambut hitam bernama Imam.




















