Fantasi seksualku tersulut dengan cepat, membakar badanku, menyediakan energi berlipat ganda untuk terus bercumbu dan bercumbu lagi.Eksanti merintih-mengerang merasakan bagian-bagian dari tubuhnya ikut tergigit ketika aku menyantap “sayuran” di atas tubuhnya. Bokeb Aku menggunakan jari-jariku untuk menguak persembunyian “Si Kecil Merah” itu, menarik ke atas kulit tebal yang menyembunyikannya, sehingga tonjolan kecil yang berdenyut-denyut lemah itu kini bebas terbuka. Lalu yang ketiga. Tanganku mengusap-usap bukit indah di belakang Eksanti, sesekali meremasnya. kamu harus membantu Santi membersihkan pantry!” begitu kata Eksanti setelah kami mampu berbicara lagi. Eksanti cepat-cepat pula berpegangan pada pinggir meja.Dengan erangan yang menyerupai banteng terluka, Aku akhirnya melepaskan salvo-salvo birahiku, menumpahkan banyak sekali lahar putih pekat yang muncrat sangat kuat dari ujung kejantananku. Eksanti menggelinjang merasakan kenikmatannya mulai terbangun di bawah sana. Setelah sekian lama menahan diri dan memberikan empat orgasme kepada Eksanti, kini aku membiarkan klimaksku sendiri




















