Untung orang yang mendengarnya tidak menangkap.“Kita mau makan apa, sayang?” kata Dodi padaku saat kami memasuki restoran. Dodi tersenyum. Bokep Rusia Licin dan tak perih lagi seperti pertama kali.Kocokannya semakin cepat dan cepat. Enak! Kami berpelukan dan saling membelai.“Ma, jilatin dong punyaku!” pintanya. Besar dan panjang. Mama segalanya bagiku,” katanya pula.“Jangan, Dodi… nanti ketahuan.” kataku.“Kita harus pandai merahasiakannya, Ma.” jawab Dodi, sembari terus menggenjotku dari atas.“Tapi…”“Ya, kita harus pandai menjaga rahasia ini, Ma,” jawabnya. Tak pernah!***Tak terpikirkan selama ini. Tak mampu. Aku mengganti pembalutku. Aku meneteskan air mata.“Ayo jawab, sayang…” katanya berbisik di telingaku.“Aku terima maharmu dengan tubuhku sendiri,” kataku latah.Dodi tersenyum manis dan aku juga tersenyum. Perutku tak luput dari jilatannya. Aku melayang, kata-kata mesra itu. Akhirnya aku setujui, karena sebenarnya sejak tadi malam aku juga sudah menginginkannya.Kami menuju puncak melalui jalan tol.




















