Ibu Tia diam, bahkan reaksinya di luar dugaanku.Tanganku ditangkapnya dan dimasukkan ke dalam belahan dadanya. “Kok sepi Mbak..” tanyaku agak heran mengingat rumah sebesar itu tidak ada penghuninya.“Kami hanya berempat Dik.. Bokep Montok e.. kamu kok nakal sih..” desahnya hampir tidak bersuara.Masih kenyal dan keras buah dada Ibu Tia. Bu.. dari salon.. Dia datang setiap hari Kamis jam 09.30, hampir selalu tepat. kamu nggak mau ya mencuci aku di rumah”, katanya dengan nada agak tinggi.Waduh marah nih orang, biasa ibu pejabat seorang pembesar kalau kamauannya tidak dituruti cepat ngambek.“Nggak gitu Bu, kan di rumah nggak ada kursi seperti ini Bu..” kataku menolak dengan halus.“Siapa bilang nggak ada.. heh.. Ibu Tia menggelinjang sambil membusungkan dadanya, sambil mendesah kenikmatan dan semakin bernafsu aku dibuatnya dengan dada yang makin ke depan.“Rul.. nggak..” aku tidak berani melanjutkan, takut ibu itu marah.Tapi malah dianya dengan santainya




















