Windu menahan nafas. Akhirnya saat itu tiba juga. Bokef Sesekali ia menambahkan lotion.“Wah, hebat juga si mungil ini..” Windu mulai bisa menikmati pijatan di punggungnya. Baru kali ini batang kemaluan itu merasakan sentuhan tangan lain, selain tangannya. Terus mengocok dan meremas. Tubuh mungil itu kini duduk mengangkang di antara pinggul Windu. “Ah!” sejenak Windu terpekik merasakan kehangatan mulut si mungil di batang kemaluannya, apalagi saat mulut itu mulai mengulum. Benda itu malah tambah menciut. Pijatannya juga oke punya.” Dewi nyerocos mempromosikan wanita-wanita yang sedang ngobrol di bawah.“Yang bagus deh… ” Windu berucap pelan. Gerendel di pintu dipasangnya lalu ia melangkah ke arah washtafel dan mulai mencuci tangan.Dada Windu tambah berdebar tidak menentu.




















